KENDARI, SULTRAINFORMASI.ID – Pihak travel haji dan umrah Smarthajj yang berkantor di Kota Kendari akhirnya angkat bicara. Ia membantah perihal menelantarkan 140 jemaah asal Sulawesi Tenggara (Sultra) dan penggunaan tiket palsu hingga berujung dicap imigran gelap oleh otoritas bandara di Filipina.
Ditemui di salah satu warung makan di Kendari, pihak Travel Smarthajj memberikan klarifikasi dan membantah semua tudingan tersebut.
“Kalau kata penelantaran itu kami merasa tidak ada, karena jemaah diurus dengan baik. Ini penyebabnya karena ulah vendor yang mengurus tiket, karena yang mengurus tiket ini vendor dan kami tidak tahu menahu,” kata pihak Smarthajj, Juleo Adi Pradana, Minggu (16/02/2025) malam.
Ia mengatakan pihaknya sudah melakukan pembayaran secara lunas baik keberangkatan maupun pemulangan. Juleo menegaskan tiket yang dibeli tidak satu arah satu, tetapi sekalian pemulangan.
Bahkan, nomor penerbangan telah disediakan oleh pihak vendor. Namun entah bagaimana belakangan tiket itu dituding palsu. Tiba-tiba pihak Smarthajj mendapatkan informasi terkait tiket yang digunakan tidak berlaku. Kemudian mendapatkan jaminan dari pihak vendor akan dipulangkan segera mungkin.
“Jadi kalau secara sengaja pihak travel mengeluarkan tiket palsu itu tidak benar, tidak mungkin kami sengaja mencelakakan jemaah,” ujarnya.
“Vendor tiket PT. Baruna Java Celebes, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kejadian ini,” sambungnya.
Sementara terkait jemaah yang meninggal dunia di Makkah dan perjalanan pulang, Juleo menegaskan bahwa pihaknya langsung mengurus kepulangan jenazah hingga ke Baubau, dengan semua biaya ditanggung oleh travel.
Hal ini diperkuat oleh kesaksian Sanusi Bafadhal (68), salah satu jemaah yang mengalami kejadian tersebut.
“Saat pesawat tiba di Malaysia, teman saya berdiri, lalu langsung jatuh dan tak sadarkan diri. Pihak travel langsung membantu, bahkan ada pihak KBRI yang ikut turun tangan,” ungkap Sanusi.
Sanusi menegaskan bahwa dirinya tidak merasa ditelantarkan oleh pihak travel, meskipun ada keterlambatan tiket.
“Memang perjalanan agak jauh karena pindah-pindah pesawat, tapi tetap kami dijamin oleh pihak travel. Cuma di Manila ada sedikit keramaian karena keterlambatan tiket. Pada intinya, pihak travel tidak lepas tangan,” tambahnya.
Selain itu, seorang jemaah juga meninggal di Makkah saat hendak melaksanakan umroh ketiga.
Rolin Jumain, jemaah lainnya, menjelaskan bahwa almarhum memiliki riwayat stroke dan telah dimakamkan di Makkah setelah disalatkan di Masjidil Haram.
Ia juga menambahkan bahwa almarhum memiliki riwayat penyakit stroke, dan perjalanan umroh ini juga dimaksudkan sebagai upaya spiritual untuk kesembuhannya.
Juleo menegaskan bahwa pihaknya telah melayangkan somasi kepada vendor tiket dan akan membawa kasus ini ke Polda Sulawesi Tenggara.
“Kami sangat dirugikan oleh pihak vendor tiket. Jemaah yang niatnya beribadah dengan khusyuk justru harus mengalami kelelahan dan emosi akibat masalah ini. Kami sudah mengirimkan somasi kedua kepada pihak vendor tiket, Insha Allah besok kita akan lanjutkan ke Polda untuk laporan kepolisian,” tutupnya.
𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐤𝐮𝐧𝐣𝐮𝐧𝐠𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐥𝐚𝐢𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐢 𝐆𝐨𝐨𝐠𝐥𝐞 𝐁𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐬𝐮𝐥𝐭𝐫𝐚𝐢𝐧𝐟𝐨𝐫𝐦𝐚𝐬𝐢.𝐢𝐝, 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢.