KENDARI, SULTRAINFORMASI.ID – Seorang siswa di Madrasah ibtidaiyah Ummusabri Kendari, Sulawesi Tenggara berinisial K (11) diduga ditekel rekannya R (11) hingga patah tulang di lengan, Selasa (20/08/2024) lalu. Namun, orang tua pelaku dinilai tak punya itikad baik dan lepas tangan dalam perkara ini.
Pasalnya, orang tua R belum pernah menjenguk korban dan bertemu orang tuanya, apalagi untuk meminta maaf.
Kasus ini juga sudah dilaporkan ke Polsek Baruga, namun sudah hampir sebulan, polisi belum berhasil mendatangkan orang tua terduga pelaku dan mempertemukan dengan orang tua korban.
Ayah korban, Sukri menjelaskan, penganiayaan itu berawal saat anaknya hendak menuju masjid melewati lapangan futsal menjelang salat Dzuhur. K yang tengah berlari tiba-tiba ditekel oleh rekannya.
“Akibat kejadian ini, anak saya patah tulang lengan, kejadian ini terekam CCTV. Informasi ini kami terima dari guru kelas bahwa pelakunya R,” ujar Sukri saat ditemui, Jumat (06/09/2024).
Saat kejadian, tambah Sukri, tak ada guru kelas yang melihat kejadian ini. Korban hanya ditolong oleh rekan-rekan sekelasnya.
Usai peristiwa, pihak keluarga melaporkan kejadian ini ke Polsek Baruga. Dua hari setelah aksi kekerasan di sekolah ini, korban menjalani operasi di Rumah Sakit Hermina Kendari.
Sepekan berikutnya, tepatnya pada Kamis 29 Agustus 2024, penyidik Polsek Baruga berupaya melakukan mediasi yang dihadiri orang tua korban dan pihak yayasan Ummusshabri Kendari.
“Namun orang tua terduga pelaku tidak hadir. Berdasarkan informasi pihak madrasah bahwa orangtua Rafa tidak hadir karena alasan ada kesibukan,” ujar Sukri.
Tak sampai di situ, keesokan harinya, pihak kepolisian kembali menjadwalkan mediasi di madrasah, namun orang tua terduga pelaku kembali tak hadir.
Alasannya, menurut Sukri, ayah R akan pergi ke Jakarta. Sementara itu pelaku ke Pondidaha Kabupaten Konawe. Orang tua terduga pelaku hanya mengutus perwakilan.
Mediasi kala itu pun akhirnya batal dilakukan, karena orang tua korban mendadak tidak bisa hadir karena fokus pada kondisi kesehatan anaknya yang memburuk.
Pada Kamis 5 September 2024, kembali diagendakan mediasi secara kekeluargaan untuk yang ketiga kalinya bertempat di Polsek Baruga. Namun berdasarkan informasi guru kelas, orang tua pelaku kembali tidak hadir dan hanya diwakilkan.
Pihak keluarga korban akhirnya memutuskan tidak mau melakukan mediasi tanpa kehadiran orang tua pelaku. Sukri pun geram dengan sikap orang tua pelaku yang tidak bertanggungjawab atas kasus ini.
“Kami tidak butuh uang, kami hanya butuh orang tua pelaku punya itikad baik menemui kami. Karena sejak kejadian sampai hari ini mereka belum pernah menemui keluarga,” kecam Sukri.
Saat ini kondisi korban sudah membaik, namun belum bisa bersekolah kembali. Sukri mengaku dirinya menanggung beban biaya besar untuk mengobati anaknya agar lengannya yang patah pulih kembali.
“Kami masih bolak-balik rumah sakit melakukan perawatan luka sehingga anak saya belum dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di madrasah,” bebernya.
Sukri makin kesal lantaran pihak Ummusshabri diduga bersekongkol menyembunyikan nomor ponsel orang tua pelaku.
Menurut Sukri, keluarga pelaku tidak mengizinkan madrasah untuk memberikan kontak karena alasan privasi. Selain itu, keluarga pelaku mengharapkan komunikasi dilakukan melalui madrasah.
“Pihak madrasah menyebut orang tua pelaku menitip pesan agar tidak menuduh R sebagai pelaku,” tandasnya.
𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐤𝐮𝐧𝐣𝐮𝐧𝐠𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐥𝐚𝐢𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐢 𝐆𝐨𝐨𝐠𝐥𝐞 𝐁𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐬𝐮𝐥𝐭𝐫𝐚𝐢𝐧𝐟𝐨𝐫𝐦𝐚𝐬𝐢.𝐢𝐝, 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢.