Maskot Hewan Pegang Kitab Perayaan STQH Nasional di Kendari Tuai Sorotan, Sekda Minta EO Tinjau Ulang

Maskot Hewan Pegang Kitab Perayaan STQH Nasional di Kendari Tuai Sorotan, Sekda Minta EO Tinjau Ulang. Foto: istimewa.

KENDARI, SULTRAINFORMASI.ID – Maskot berupa hewan anoa yang memegang kitab dalam rangkaian persiapan Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadits (STQH) Nasional ke-28 Tahun 2025 di Kota Kendari menuai sorotan publik. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui Sekretaris Daerah (Sekda) Sultra, Asrun Lio, menyikapi hal tersebut dengan meminta agar penggunaan maskot itu ditarik dan ditinjau ulang.

Sekda yang juga Ketua Umum Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Provinsi Sultra itu menegaskan, hingga saat ini Pemprov Sultra belum pernah meresmikan atau meluncurkan maskot resmi untuk STQH. Identitas visual yang sah dan telah disetujui bersama Kementerian Agama RI hanyalah logo STQH Nasional ke-28.

“Aspek penggunaan simbol keagamaan memang perlu kehati-hatian. Karena itu, kami telah berkoordinasi dengan pihak event organizer untuk meninjau ulang dan menarik penggunaan maskot tersebut,” kata Asrun Lio, Selasa (07/10/2025).

Ia juga menjelaskan bahwa pembahasan dengan Kementerian Agama RI pada Juli 2025 hanya mencakup teknis penyelenggaraan seperti akomodasi, transportasi, keamanan, dan fasilitas pendukung, tanpa membahas mengenai maskot.

“Aspek ini menjadi perhatian bersama, dan kami berterima kasih atas kepedulian masyarakat. Ini menunjukkan bahwa STQH adalah milik bersama, dan partisipasi masyarakat sangat berarti bagi kesuksesannya,” tambahnya.

Lebih lanjut, Sekda mengajak semua pihak menjaga suasana kondusif dan tetap fokus pada semangat utama STQH sebagai ajang syiar Islam, mempererat persaudaraan, dan memperkenalkan potensi Sulawesi Tenggara di tingkat nasional.

STQH Nasional ke-28 dijadwalkan digelar pada 11–19 Oktober 2025 di Kota Kendari dengan peserta dari 34 provinsi. Pemprov Sultra berharap masyarakat dapat menjadi tuan rumah yang baik dan menciptakan atmosfer religius serta membanggakan bagi daerah dan bangsa.

Sementara itu, Ketua Tim Kerja SBI dan MTQ Bidang Penais Kanwil Kemenag Sultra, H. Zaindluddin MZ, menjelaskan bahwa ide maskot anoa tersebut lahir dari semangat menggabungkan nilai religius, kearifan lokal, dan pelestarian lingkungan yang menjadi tema besar STQH tahun ini, “Syiar Al-Qur’an, Memelihara Kerukunan, dan Melestarikan Lingkungan.”

Menurutnya, kitab yang digenggam hewan anoa bukanlah Al-Qur’an, melainkan kitab ensiklopedi yang berisi pelajaran agama dan menjadi referensi bagi peserta cabang Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an dan Hadits (KTIH).

“Ide cerita dari kitab tersebut adalah ensiklopedi berisi pelajaran agama yang menjadi rujukan peserta cabang KTIH,” jelas Zaindluddin.

Ia menambahkan, dua ekor anoa dalam maskot tersebut melambangkan hewan endemik Sulawesi Tenggara yang dilindungi undang-undang dan kini hampir punah.

“Melalui maskot ini kami ingin menumbuhkan kesadaran agar hewan anoa tetap dilindungi,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup