Ketika Semua Orang Ingin Viral: Apakah Kita Sedang Kehilangan Nilai?
OPINI, SULTRAINFORMASI.ID – Fenomena ingin viral kini bukan lagi hal yang asing. Hampir setiap hari kita melihat orang berlomba mengunggah konten dengan harapan bisa meledak dan mendapat perhatian. Viral seolah jadi ukuran baru kesuksesan. Kalau konten tidak ramai ditonton, rasanya seperti gagal. Padahal, kebiasaan seperti ini sebenarnya perlahan menjauhkan kita dari nilai-nilai yang dulu dianggap penting dalam kehidupan.
Sebagai mahasiswa jurnalistik, kami melihat bagaimana perubahan ini memengaruhi cara orang memaknai diri sendiri. Banyak yang akhirnya merasa harus terlihat sempurna atau selalu tampil menarik di media sosial agar diterima. Mereka mulai menyesuaikan diri bukan berdasarkan jati diri, tapi berdasarkan apa yang disukai algoritma. Dalam proses itu, keaslian menjadi korban pertama. Kita semakin sulit membedakan mana ekspresi jujur dan mana yang hanya pencitraan.
Masalah lain muncul ketika viral dijadikan tujuan utama, bukan sebagai konsekuensi dari sesuatu yang bernilai. Banyak orang mulai mengabaikan batasan, mengesampingkan etika, bahkan menciptakan drama palsu hanya agar diperhatikan. Sensasi dianggap lebih penting daripada pesan. Akibatnya, ruang digital terasa penuh dengan hal-hal yang bising tapi kosong ramai tetapi tidak memberikan makna.
Dunia jurnalistik pun ikut terdampak. Ketika media lebih fokus mencari berita yang cepat viral, informasi mendalam sering kali diabaikan. Berita yang layak diberitakan kalah dari berita yang sekadar mengundang klik. Padahal tugas jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, bukan sekadar mengikuti tren. Jika pola ini terus berlanjut, publik bisa kehilangan kepercayaan pada media, dan itu adalah situasi yang sangat berbahaya.
Namun kami juga melihat sisi positifnya. Viral bisa membantu isu-isu sosial mendapatkan perhatian. Kreativitas anak muda Kendari bisa dikenal luas karena kekuatan digital. Tetapi semua itu kembali pada niat. Ketika tujuan kita adalah berbagi manfaat, viral bisa menjadi alat. Tapi jika tujuan kita hanya ingin terkenal, maka di situlah nilai-nilai mulai terkikis.
Menurut kami, viral seharusnya bukan tujuan hidup. Hidup tidak diukur dari angka views atau followers. Kita perlu mengingat bahwa nilai, integritas, dan kualitas diri tidak ditentukan oleh kamera atau algoritma. Viral itu cepat datang dan cepat hilang, tapi dampak dari hal yang bernilai bisa bertahan jauh lebih lama.
Mungkin sudah saatnya kita bertanya pada diri sendiri: apakah kita ingin diingat karena sesuatu yang viral, atau karena sesuatu yang berarti? Karena pada akhirnya, popularitas tidak selalu berbanding lurus dengan nilai. Dan nilai yang hilang tidak bisa digantikan oleh views sebanyak apa pun.
Penulis: Sitti Aisyah & Julhija – Mahasiswa Jurnalistik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Halu Oleo. Sulawesi Tenggara. Dibimbing oleh Ketua Prodi, Marsia Sumule G. S.Sos.,M.I.Kom.









